Pertumbuhan
era globalisasi mengakibatkan semakin memanasnya suhu bumi, juga
mengakibatkan efek yang beranting. Lalu bagaimana perkembangan jilbab di
kalangan mahasiswa pada era yang serba transparan ini. Jilbab adalah pakaian terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim.
Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan syariat islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat.
Jilbab,
sebenarnya telah disyariatkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa
itu, jilbab terealisasikan dengan efektif dan efisien. Tidak heran jika
pada masa itu disebut sebagai masa pencerahan Islam. Dalam Islam pemakaian jilbab telah dijelaskan sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31: "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka."
Jilbab, hingga saat ini memang masih direalisasikan oleh generasi muslimat. Begitu juga dalam kehidupan
mahasiswa penuh dengan dinamika memang wajar jika menjadi sorotan
publik. Di balik Kelincahan, keaktifan dan kekreatifan mahasiswa,
terdapat berbagai hal atau bahkan fenomena yang menarik untuk ditelisik
atau dikupas. Seperti layaknya fenomena gaya berjilbab di kalangan
mahasiswi.
Hakikatnya, jilbab merupakan penutup aurat yang diwajibkan oleh agama
Islam kepada para perempuan yang memeluk agama Islam. Jilbab merupakan
pakaian yang mampu menutup seluruh tubuh wanita mulai dari ujung tambut
hingga ujung kaki, terkecuali telapak tangan dan muka.
Namun, seiring berjalannya waktu, jilbab saat ini tidak hanya sekadar penutup aurat saja. Saat ini jilbab telah menjadi salah satu tren fashion (gaya berbusana) yang tidak kalah menterengnya dengan berbagai busana modis yang saat ini merajalela di kalangan mahasiswi
Namun, seiring berjalannya waktu, jilbab saat ini tidak hanya sekadar penutup aurat saja. Saat ini jilbab telah menjadi salah satu tren fashion (gaya berbusana) yang tidak kalah menterengnya dengan berbagai busana modis yang saat ini merajalela di kalangan mahasiswi
Tapi yang menjadi pertanyaan sat ini adalah apa niat dan tujuan mereka mengenakan jilbab?. Sebenarnya,
bagaimana mahasiswi melihat jilbab saat ini? Apakah jilbab yang ada
saat ini masih sesuai dengan tuntunan, atau hanya sekedar memenuhi
tuntutan berpakaian sebagai seorang wanita muslim untuk menutupi aurat?
Kiranya pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut menarik sebagai langkah
awal mengetahui maraknya fenomena “Jilbab Gaul” yang saat ini sedang
berkembang di kalangan mahasiswi.
Sebab,
saya yakin generasi muslimat saat ini memiliki fondasi yang berbeda
dalam memakai, menilai, dan memaknai jilbab. Ada yang memakai jilbab
karena 100% taat pada agama, ada yang memakai jilbab hanya sekedar
formalitas saja.
Lebih parah lagi, kalau jilbab hanya dijadikan sebagai adem-adem sirah atau sebagai sarana adol ayu. Tidak
perlu menudingkan jari pada muslimat siapapun yang memberlakukan asaz
tersebut. Dilingkungan kita sendiri saja, banyak mahasiswi muslimah yang
belum tahu maksud dan tujuan mereka memakai jilbab. Di lembaga-lembaga
pendidikan Islam pun tidak jauh berbeda, sehingga baru-baru ini juga
muncul istilah “ JILMON” (Jilbab Montok). Oleh karena itu, para generasi muslimah , pastikan niat dan tujuan anda memakai jilbab mulai sekarang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tujuan kita memakai jilbab benar-benar sesuai dengan syariat Islam; Pertama, tanamkan pada benak kita bahwa pemakaian jilbab bukan sekadar menutup kepala, akan tetapi menjalankan syariat Islam sebagai seorang muslimat. Kedua, jangan menganggap jilbab sebagai budaya atau formalitas dalam campus. Ketiga, jangan memakai jilbab dengan niat mengikuti tren. Dan Keempat, pandanglah jilbab sebagai identitas muslimah.
Alangkah baik dan indahnhya bila kesadaran diri memakai jilbab ini
lahir karena kita telah benar-benar mengerti alasan yang hakiki mengapa
kita harus memakai jilbab. Bukan hanya karena ingin mengikuti trend yang
sedang laris digandrungi atau formalitas dari sebuah lembaga. Karena
disadari atau tidak, bila kita sudah memutuskan diri untuk memakai
jilbab, maka kita harus juga paham konsekuensi yang akan timbul
karenanya. Kita harus bisa menjaga sikap dan tingkah laku kita yang
dulunya mungkin agak sedikit kurang baik menjadi lebih baik. Karena
kalau tidak orang akan menilai kita tidak baik pula.
Namun apa pun itu, hal ini masih jauh lebih baik dari pada tidak sama
sekali. Kita kembalikan saja semuanya kepada diri kita masing-masing.
Apakah kita memakai jilbab karena menganggap ini sebagai sebuah
keharusan sebagai wanita muslim untuk meningkatkan iman dan Islam atau
kita hanya sekedar mengikuti trend dan formalitas dalam sebuah lembaga.